Praxis Films – Film Jagal Teluh langsung menyedot perhatian penikmat horor Indonesia sejak trailer pertamanya dirilis. Kisahnya mengangkat legenda lokal tentang praktik teluh (santet) yang dikemas dalam balutan misteri pembunuhan berantai. Tokoh utama, Saida (diperankan oleh Selvi Kitty), harus menyelidiki kematian warga desa yang diduga terkait ritual mistis. Alur yang gelap dan twist tak terduga membuat film ini layak ditunggu hingga credit roll terakhir.

Berdasarkan riset dari sumber besar dan terpercaya, Film Jagal Teluh terinspirasi dari cerita rakyat Jawa Timur, dipadukan dengan visual sinematik yang menggetarkan. Sutradara George Hutabarat bahkan menyebut film ini sebagai “upaya menghidupkan kembali horor berbasis kearifan lokal.”
Kontroversi di Balik Film Jagal Teluh
Meski digadang-gadang sebagai film horor terbaik 2025, Film Jagal Teluh tak lepas dari pro-kontra. Sebagian penonton mengkritik adegan kekerasan yang dinilai terlalu eksplisit, sementara kelompok budaya mempertanyakan akurasi penggambaran ritual teluh. Dalam wawancara dengan CNN Indonesia, produser film ini, Zain Zalik, menjelaskan bahwa tim sudah berkonsultasi dengan ahli budaya untuk meminimalisir kesalahan interpretasi.

Namun, kontroversi justru menjadi magnet tersendiri. Data dari Kaskus menunjukkan bahwa 70% diskusi tentang Film Jagal Teluh di forum horor Indonesia membahas adegan-adegan “berani” yang jarang muncul di film lokal sebelumnya.
Kekuatan Visual dan Atmosfer Mencekam
Salah satu daya tarik utama film horor mencekam ini terletak pada sinematografi dan tata suara yang memukau. Penggunaan pencahayaan redup dan efek kamera shaky menciptakan ketegangan ala film horor Korea. Adegan ritual teluh di hutan belantara, misalnya, diolah dengan detail suara gemerisik daun dan lolongan anjing yang membuat bulu kuduk merinding.

Menurut analisis Screenrant, film horor indonesia ini berhasil membedakan diri dari horor Indonesia kebanyakan yang mengandalkan jumpscare. Alih-alih, film ini mengandalkan psychological horror dan simbol-simbol budaya yang dalam.
Pesan Budaya dan Kritik Sosial dalam Film Jagal Teluh
Di balik cerita horor, Film ini menyelipkan kritik sosial tentang eksploitasi tradisi untuk kepentingan pribadi. Adegan di mana tokoh antagonis menggunakan teluh untuk menguasai lahan warga menjadi metafora atas keserakahan manusia modern.
Pakar film dari Universitas Indonesia, Dr. Maria Setyowati, dalam sebuah artikel menyebut film ini sebagai “cermin masyarakat yang masih percaya pada kekuatan magis, tetapi sering abai pada akar masalah sosial.”
Leave a Reply